bekerja di australia

Beberapa bulan lalu saya pernah posting mengenai serba serbi hidup di Australia, dari mulai harga rumah, sekolah, sampai mahalnya harga secangkir flat white disini.

Sekarang saya mau cerita mengenai bekerja di Australia. Mind you, tulisan saya ini berdasarkan pengalaman hidup saya selama tinggal di negara kangaroo ini, precisely di Western Australia ya. Karena mungkin meskipun sama-sama di Australia, bisa saja lain state lain peraturan dan prosedur.

Pertama untuk bekerja di Australia kamu harus mempunyai visa untuk bekerja, atau kamu adalah Permanent Residence atau Citizenship of Australia. Jadi kalau misalnya kamu datang ke Australia dengan turis visa, tidak bisa melamar pekerjaan tentunya. Kedua, harus punya tax file number, superannuation account, dan tentu saja bank account untuk meng-transfer/membayar wage or salary. Tax file number dan superannuation bisa apply secara online.  Tax file number gunanya untuk membayar pajak dan superannuation adalah semacam dana pensiun kalau di Indonesia.Oh ya, saya tidak menganjurkan untuk bekerja secara tidak legal di Australia.  Percaya deh, kalau sampai ketahuan, selain deportasi kamu juga harus membayar denda yang sangat mahal, so not worth it to try!

Mencari pekerjaan di Australia adalah susah susah gampang. Kebanyakkan employee/company maunya yang sudah berpengalaman. Kalau kamu belum pernah bekerja sama sekali selama di Australia, agak2 memakan waktu lama untuk menemukan pekerjaan yg sesuai dengan keinginan atau latar belakang pendidikan. Kalau kamu lulusan dari universitas yang English speaking countries atau background, masalah bahasa biasanya tidak problem . Untuk yang berasal dari non English speaking backgrounds, selain harus melalui English test juga harus lulus English examination yang mana subject-nya sesuai dengan profesi kamu.  Disini biasanya tingkat failure-nya tinggi.

Kadang, kita mendapatkan pekerjaan yg tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan kita. Sepanjang kamu tidak merasa rendah diri, gengsi, atau jatuh image sih tidak masalah ya. Karena meski pun kamu bekerja sebagai cleaner misalnya, disini orang tidak memandang rendah atau pun mencibirkan bibir. Apapun pekerjaan itu, sepanjang halal dan kita tidak malas, menurut saya patut dicoba.  Beberapa orang Indonesia yang saya kenal disini, mereka banting setir bekerja sebagai postman, cleaner di kantor atau hotel atau rumah pribadi, taxi driver, dan lain sebagainya.  Mereka happy dan tidak merasa ‘turun derajat’.

Sama seperti saya sendiri. Sebelum pindah ke Australia, saya bekerja sebagai PA di salah satu perusahaan minyak dan gas.  Sebelum anak anak saya lahir, saya perna kerja sebagai waitress di salah satu pub restaurant di Inggris dan pernah juga kerja mendistribusikan koran kerumah-rumah 😝😝 . Kemudian setelah mempunyai anak, diantara membagi tugas sebagai ibu, istri, driver, tukang masak, dan urusan rumah lainnya, saya kerja di retail sebagai sales assistant.

Kenapa saya tidak mencoba kembali untuk bekerja kantoran? Sudah pernah tapi ribet bin rempong. Karena, sejauh ini untuk bekerja di kantor kebanyakkan mereka meminta untuk full time, monday to friday 8 to 5. Dengan sikon keluarga saya, yang mana suami sering kerja FIFO, anak anak saya punya kegiatan after school  yang tidak kalah banyaknya dengan celebrities, adalah impossible. Saya pernah menjalaninya, dengan menitip anak sana sini ke teman dan kenalan, yang akhirnya bikin saya stress sendiri dan it just didn’t work. Untuk menitip anak ke after school care juga tidak worth it. Kenapa? Karena mahal, dan lagi anak saya 2, per anak kalau tidak salah beberapa tahun lalu $20, kali 2 =$40 x 5 days = $200!!

Sering saya ditantang dengan ucapan seperti, “kenapa anak-anaknya ga usah punya banyak kegiatan after school supaya bisa kerja full time? Anak2 pulang sekolah tinggal disediakan makanan, nonton tv, dan main game, kan uda beres?”  Biasanya saya tidak merasa perlu untuk menjelaskan panjang lebar alasan2 saya kepada orang orang ini  dengan pertanyaan mereka yang menurut saya agak ‘selfish’.

Selagi saya tidak harus banget being the breadwinner dalam rumah tangga, kepentingan dan kegiatan anak-anak adalah utama. Saya tidak mau anak anak saya pulang sekolah (terutama pada saat mereka masih di Kindy dan Primary), ga ada orang tua dirumah, dan menghabiskan siang/sore mereka dengan menjadi couch potato sambil main game or nonton tv. Tapi itu adalah prinsip saya pribadi ya. Mungkin juga anak anak lainnya bisa disiplin diri sendiri, which is good, but not my children unfortunately 😜   Sekarang ini the boys sudah bisa untuk pulang sekolah sendiri dan bisa lah ditinggal dirumah untuk beberapa jam, dilemanya mereka punya aktifitas setelah sekolah yang perlu dianter-jemput dengan mobil karena jarak dan tempat yang berbeda.  Jadi kadang ya tetap juga repot antara mengatur jam kerja saya dan jadwal kegiatan mereka.

Sistim kerja disini yang saya tahu selama ini terbagi menjadi full time, part time, permanent part time, dan casual. Full time biasanya kita bekerja Mon  to Fri, part time kerja 3 or 4 hari dalam seminggu, dan casual biasanya jam kerja tergantung panggilan dan sikon perusahaan tempat kita bekerja. Jam kerja di Australia juga bervariasi, tergantung employer, posisi dan jenis indutri-nya.  Jam kerja standard tanpa overtime untuk pekerja kantoran biasanya mulai jam 8 am to 5.30pm, dengan 1 jam istirahat / lunch break.  Waktu saya kerja di retail, jam kerja tidak selalu sama tiap hari dan minusnya kerja di retail itu adalah sabtu dan minggu kadang kita pun harus kerja bahkan public holiday.  Hal lain yang sering bikin saya pusing juga adalah pada saat school holiday, bingung mau diapain dan ditaruh dimana anak-anak saya itu.

Untuk pay rate juga ber-variasi.  Tiap jenis dan tingkatan pekerjaan berbeda rate-nya. Untuk contoh, anak-anak dibawah usia 16 tahun apabila mereka bekerja sebagai casual (misal di McDonald, atau di gas station) berdasarkan Fair Work Australia rate mereka kurang lebih $11.30/hour Mon to Fri, Sat $12.20/hour, Sun $17.62/hour, dan Public Holiday $22.60/hour.  Untuk tingakatan retail ada level-nya dari level 1 – 8, masing-masing level berbeda ratenya sesuai dengan posisi dan tingkatannya.  Untuk lebih detail kalau mau tahu bisa check di Fair Work Australia website.

Menjadi seorang ibu, istri, dan bekerja di luar negeri tidak selalu indah dan manis seperti bayangan banyak orang.  Saya pribadi sering merasa berat dan keteteran.  Tidak seperti di Indonesia, pulang bekerja kalian bisa berleha-leha atau mampir di cafe atau restaurant sambil menunggu macet.  Wahh, disini kadang kita menantikan jam kerja usai dengan hati dag dig dug, karena setelah itu harus mengejar waktu antara menjemput anak atau mengantar anak ke kegiatan lainnya.  Atau kalau masih menggunakan day care/baby-sitter harus terbirit-birit kejar waktu supaya tempat day care belum tutup dan/atau tidak perlu menambah jam kerja orang yang kita titipin anak-anak kita.  Sampai rumah harus segera memasak, membantu anak-anak dengan homework mereka, dll, dll, tidak ada habisnya sampai kita merebahkan badan ditempat tidur 😅

Demikian sekilas info mengenai serba serbi mencari pekerjaan dan bekerja di Australia.  Tidak selalu mudah tetapi asalkan kita tidak putus asa untuk terus mencari dan mencoba, pasti akan berhasil.  Seperti kata pepatah, “bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian” 😀 . Jadi untuk kalian yang sedang mencari pekerjaan atau ingin bekerja di luar negeri, persistence adalah kunci utamanya. Jangan putus asa, keep looking until you find one.  

Kalau kamu punya pengalaman bekerja dan ingin berbagi, silakan berbagi di kolom comment dibawah ini ya 😘

work1

 

IMG_9041

13 responses to “bekerja di australia”

  1. Belum punya pengalaman di NZ, tapi one day, i will share mine.. Just not a the moment, belum ada yang bisa ditulis juga 🙂 Thanks for sharing, mbak Ria..

    Like

    1. Keep on trying Inly. I believe that one day you’ll get one. Yang penting punya pengalaman aza dulu 👌🏻

      Like

      1. He eh, iya mba Ria.. Truthfully, i cannot wait for get the first job.. haha..

        Like

  2. Aku mau kerja di perpus aja mba, bagian nursery rhymes 😋

    Liked by 1 person

    1. Cucok buat kamu ya Din. Good luck ya darling😘

      Liked by 1 person

  3. Aku setuju dengan prinsipmu, Mbak. Aku satu anak aja banyak parnonya, apalagi 2 anak. After school activities menurutku gak ada salahnya. Gengsi. Kayaknya udah gak relevan ya hari gini. Yang penting bisa menikmati hidup.

    Like

  4. duh apa2 emang mahal di western Australia dan yap aku mengerti dilemamu mba soal bagi2 waktu antar jemput your boys, gile jalan di Perth jaraknya jauh2.. so Sad we couldn’t meet up when I was there,, aku bingung mau contact dirimu giman.. huhuhu 😦

    Like

    1. Aahhh you’ve been here?? You could have messaged me thru wordpress. Well, next time yah!

      Masa’ si Adele, jalan di Perth jauh2? Sama Jkt ga kali😝

      Like

      1. Yep.. last week kak! alright, will contact you if I’m there 🙂

        iyaa ihh.. always take an hour to go everywhare,, hahha

        Like

        1. Seriously? What suburb? Kl naik kereta dr rumah aku ke city 10 menit uda sampe thu.

          Like

          1. wellard kak, kalo ngak salah.. ato karena kita naik mobil kali ya dan destinasi kemarin jauh2..

            Like

  5. Pengalaman kerja untuk lulus pelajaran work education pas SMA baru ada, ha ha… dan of course itu tidak dibayar.
    Tapi setelah kembali dari Australia, aku paling risih kalau dengar keluarga besar/tetangga yang suka ngomong ke ortuku “kan gajinya dulu gaji Australi, banyak dong duitnya”… yaelah, kalau dirupiahin emang berpuluh-puluh juta per bulan… tapi pajak dan pengeluaran juga berapa dulu…

    Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.